Pages

Labels

Ahmed Huzaini. Powered by Blogger.

Friday, August 26, 2011

motivation for me


  • aq rndu... zen... yng tegar.... yg kuat... yng gk pernah ... rapuh oleh sesutu
  • bk...semangat....hadapi smua dgn snyuman manis mu

puisimu



cinta itu di rasakan dari hati
cinta itu kan selalu buat senang
apa bila kau menjaga hati mu suci dan tulus
dalam mencintai seseorang....

ketulusan yg bersih itu dari hati
kau tak perlu menunjukan pada pasangan kamu
karena !!!
dengan hati yg tulus pasangan kamu kan merasakan rasa sayang itu dari
mu, walau pun kau tak melakukan apa apa ....


Cinta
Cinta ibarat air laut yang tak pernah mengering…
Cinta ibarat ukiran di atas batu yang tak bisa kita hapus…
Cinta ibarat matahari yang tak pernah lelah menyinari dunia…

Cinta ibarat lingkaran yang tak pernah mempunyai sudut…
cinta ibarat angin yang tidak bisa dilihat tetapi dapat dirasakan…


oleh karena itu…..
jangan pernah menyia-nyiakan cinta…
jangan pernah mempermainkan cinta…
karena cinta adalah segala-galanya.
tanpa cinta hidup terasa tak berarti.


                                                                      
                                                                                                          MISS GREEN

Wednesday, August 17, 2011

“Yang Haram itu Mencuri, Bukan Mengemis”




Baru-baru ini MUI (Majelis Ulama Indonesia) Sumenep mengeluarkan fatwa haram mengemis.
Fatwa dikeluarkan setelah MUI melihat kian maraknya pengemis dan bahkan sudah dijadikan
semacam profesi. Di Sumenep, Desa Pragaan Daja dan Pragaan Laok, Kecamatan Pragaan
dikenal sebagai desa yang mayoritas penduduknya melakukan pekerjaan mengemis.
Bagaimana mereka menyikapi fatwa yang dikeluarkan MUI tersebut. Berikut ini tulisan
wartawan HARIAN BANGSA, Firdaus Mahmud secara bersambung.

SIANG itu suasana Surabaya cukup terik pada bulan Ramadan ini. Namun bagi Muniroh (55)
dia tidak mempedulikannya. Jalan-jalan kamung di Surabaya barat itu tetap disusurinya. Dari
rumah ke rumah dia mengadahkan tangan untuk minta sedekah sambil menggendong cucunya
yang baru berumur 2 tahun.
“Biasanya pada bulan puasa seperti ini orang ramai-ramai bersedekah. Dalam bulan puasa ini
pula kami pengemis mendapatkan penghasilan yang cukup banyak,”ujar Muniroh yang
mengaku dari Sumenep ini.
Ketika disebutkan bahwa MUI Sumenep telah mengeluarkan fatwa haram mengemis dia tidak
ambil peduli dengan putusan itu. Dia pun berkilah tidak meminta-minta di Sumenep.
“Saya tidak minta-minta di Sumenep tapi di Surabaya. Mengapa kok diharamkan? Mencuri itu
yang haram! Kalau saya dilarang mengemis lalu pekerjaan apa yang bisa saya
lakukan?.”Tanya Muniroh sambil lalu.
Lain dalih Muniroh lain pula alasan Zainur yang juga berasal dari Sumenep ini. Pekerjaan itu
sudah dia lakukan secara turun temurun. Baginya tidak mudah untuk alih profesi dan berganti
pekerjaan begitu saja. Anak cucunya masih harus dihidupi walaupun dari pekerjaan mengemis.
“Nanti kalau saya sudah naik haji saya akan berhenti mengemis. Biar mencari sedekah ini
diteruskan anak cucu saya,”papar Zainur meyakinkan.
Hasil penelitian almarhum KH. Jamaluddin Kafie, salah seorang pengajar Ponpes Al Amin,
Sumenep pada tahun 1992, pengemis di Desa Pragaan Daja hanya tinggal 26 orang. Itupun,
semuanya sudah terbilang berusia lanjut. Diperkirakan beberapa tahun ke depan, sudah tak
ada lagi warga yang berprofesi sebagai pengemis.
Perkiraan Kiai Jamal, yang menulis puluhan buku itu, meleset. Kades Pragaan Daja, Moh.
Sofyan, mengungkapkan bahwa warga desanya saat ini hampir 80% menjadi pengemis
termasuk yang telah menyandang gelar sarjana agama. (S.Ag.).
Tokoh masyarakat Desa Pragaan Daja, Abrori Mannan (38), membagi aktifitas mengemis
menjadi dua kelompok. Pertama; pengemis tradisional (konvensional) dan pengemis
profesional. Yang dimaksud pengemis kelompok kedua, jelas anggota DPRD Sumenep ini,
adalah mereka yang membawa proposal atas nama yayasan, masjid, mushalla atau madrasah
tertentu yang umumnya fiktif.
“Kalau yang membawa proposal ini yang dimaksud MUI Sumenep, saya dukung,” ujar Abrori.
“Tapi kalau pengemis tradisional yang meminta-minta sekedar untuk memenuhi kebutuhan

hakikat cinta


Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

Hikam: "Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan.

Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka.